“Haji atau umrah kita, mabrur atau tidak dinilai pada saat kita kembali” – Prasangka Burµk Lelaki Ini Dibayar Tunai Di Masjidil Haram

Jaga mulut dan perbµatan, inilah pesan yang selalu dititipkan andai seseorang menjejakkan kaki ke Tanah Suci Mekah.

Secara lazim masyarakat sering bercerita betapa pengorbanan dan usaha yang dilakukan demi mengµcup Hajarul Aswad, yang bermaksud batu hitam atau nama isteri Nabi Ibrahim AS yang membawa maksud berkµlit gelap (Hajar Hitam) merupakan salah satu batu yang terdapat di penjuru Kaabah.
Menurut perkongsian Hj Sahalani Bin Basar, pertemuan dengan seorang lelaki dari benua Afrika benar-benar menyentap perasaan dan fikiran.

Saat teruntai soalan refleksi cinta terhadap batu hitam itu adakah sama seperti kasih sayang yang dicµrahkan terhadap keluarga menimbulkan 1001 rasa.

Malah jelasnya kejayaan haji atau umrah, bukanlah dinilai daripada saat selesai tugas, sebaliknya dinilai pada saat kita kembali.

Ikuti perkongsian penuh pedoman ini.

“Prasangka burµk ku di bayar tunai… Peringatan Allah SWT kepada ku…

Suatu hari, di Masjidil Haram setelah habis menyelesaikan tawaf, saya segera ketepi mencari tempat strategik yang berhadapan betul-betul dengan Multazam untuk berdoa.

Saya menemukan tempat yang kebetulan kos0ng di hadapan Kaabah. Lalu saya bersimpuh dan memanjatkan doa sambil menunggu waktu Subuh menjelang.

Saat itulah saya melihat seorang lelaki hitam leg4m dari benua Afrika datang dan langsung mengambil tempat di sisi kanan.

Terlintas dalam hati, “Dengan potongan perawakan dan tampan seperti ini, lelaki berkµlit hitam ini biasanya orangnya kasar yang tidak berpendidikan”

Lalu sebagaimana kebiasaan di masjid ketika duduk bersebelahan dalam satu jamaah, saya menghulurkan salam kepadanya.

Tiba-tiba dia bertanya dalam bahasa Inggeris yang bagus sekali tentang asal saya.

“Saya dari Nigeria, kamu dari mana?” Saya jawab, saya berasal dari Malaysia.

“Kenapa orang Malaysia suka sekali berusaha menciµm batu Hajar Aswad?” tanyanya memulai percakapan.

“Mungkin kerana cinta. Kaabah adalah rumah Allah SWT, dan Hajar Aswad adalah batu yang pernah diciµm Rasulullah SAW. Maka menciµm Hajar Aswad adalah refleksi cinta orang Malaysia terhadap Allah dan RasulNya”, jawab saya secara ringkas.

“Apakah orang Malaysia juga bertingkah laku seperti itu terhadap cinta Allah yang dianugerahkan kepada mereka?” tanyanya

“Maksud anda? Cinta Allah seperti apa yang dianugerahkan kepada kami?”, jawab saya dengan bingµng.

Lalu lelaki berkµlit hitam itu menjawab, “Jika Allah menganugerahkan kalian isteri, anak-anak dan orang tua yang masih hidup, itulah wujud cinta Allah kepada kalian.”

“Pertanyaan saya”, katanya, “Apakah orang-orang Malaysia, berusaha dengan ker4s dan gigih mencµrahkan kasih sayang terhadap anak, isteri dan orang tua mereka yang masih hidup yang diamanahkan Allah sebagaimana mereka berusaha menciµm Hajar Aswad?”

“Jika terhadap batu saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat, lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada kalian?”, tegasnya lagi.

Saya terceng4ng, hil4ng akal dan tak mampu berkata-kata lagi.

Apalagi saat ia bercerita bahawa ia menyelesaikan PhD nya di Harvard University, USA, kemudian ditawar pekerjaan dan jawatan tinggi di sana, namun memilih untuk pulang membesarkan anak-anaknya yang 6 orang, agar mampu menjadi Muslim yang baik.

Maka hancµrlah semua persangkaan saya terhadap orang ini. Allah membayarnya terus secara tunai saat itu juga.

Setelah solat Subuh, sebelum berpisah, dia memberi nasihat yang sampai saat ini masih teringat di kepala saya.

“Kejayaan haji atau umrah kita, mabrur atau tidaknya, dinilai bukan pada saat kita menyelesaikan perbuatan-perbuatan haji atau umrah, seperti tawaf atau bahkan menciµm Hajar Aswad, namun dinilai pada saat kita kembali”

“Apakah kita mampu menunaikan amanah-amanah, anugerah-anugerah, cinta dan kasih sayang Allah kepada kita dengan bersungguh-sungguh, bersµsah payah, mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan masyarakat”

Saya genggam tangannya, saya memeluknya dengan erat dan menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam.

Saat dia pergi dan hilang di antara kerumunan orang, saya faham, inilah cara Allah menegur saya dan menyampaikan makna menciµm Hajar Aswad.

Saudara saudariku tercinta…

Semoga Allah selalu menjaga hati dan fikiran kita agar selalu lembut dan jernih, hingga dapat men4ngkap pesan-pesan Ilahiyah yang sangat halus

Sumber Hj Sahalani Bin Basar

Apa Pendapat Anda? Dah Baca, Jangan Lupa Komen, Like Dan Share Ya… Terima Kasih.

Jom! sertai kami di page terbaru kami Detik Ini Viral Press

Pihak Detik Ini Viral tidak bertanggungjawab terhadap komentar yang diutarakan melalui laman sosiaI ini. Ianya adalah pandangan peribadi pemilik akaun, segala risiko akibat komen yang disiarkan menjadi tanggungjawab pemilik akaun itu sendiri.

 

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post